Layanan Produk
Konten

Paperless Bagi Percetakan

| Be the first to comment!
Pada masa lampau, sebelum ditemukan atau diciptakannya kertas, manusia terdahulu menggunakan berbagai media untuk menulis dan mengumpulkan catatannya. Dari lempeng batu, kulit kayu, kulit binatang, ataupun juga gulungan (daun) rontal. Hingga akhirnya cara itu diperlancar dengan adanya kertas. Proses menulis, mencetak dan membaca menjadi lebih dipermudah.

Namun tentu saja kemudahan itu tidak terbebas dari efek sampingannya. Jika dahulu tak terlalu dirasa sumbang perannya, namun sejak beberapa tahun belakangan ini penggunaan media kertas termasuk buku semakin kuat gejalanya untuk dihadapkan pada problem kerusakan lingkungan/hutan. Hal ini mengingat bahan baku utama yang jamak digunakan untuk pembuatan kertas adalah kayu. Meskipun tidak pantas dicap sebagai sumber kerusakan utama, namun penggunaan kertas tetaplah dianggap menyumbang peran dalam penebangan pohon-pohon di hutan (deforestasi). Tak dipungkiri, di samping faktor demografi, industrialisasi yang tanpa kendali memanglah menjadi momok utama kerusakan lingkungan/hutan, dan industri kertas menjadi salah satu bagian di dalamnya.

Disamping gerakan aktifis lingkungan yang boleh dipercayai untuk mengerem laju kerusakan hutan, dalam perkembangannya pemberdayaan sikap/budaya untuk mengimbangi problem di atas juga dilakukan. Didukung dengan teknologi yang semakin berkembang pesat, menyodorkan pula berbagai penemuan sebagai pilihan. Terutama dalam teknologi informasi, budaya memaksimalkan paperless layak didukung sebagai penyeimbang. Meskipun tentu saja tidak segala bidang dan kegiatan bisa diupayakan dengan paperless, semua sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang dijalani. Ada yang cukup dengan media elektronik (email, dan sebagainya) namun tentu saja ada yang “diharuskan” menggunakan kertas itu, terutama yang berkaitan dengan keabsahan. Inti paperless di sini sebenarnya adalah “penghematan”.

Sebagai rangkaian efek selanjutnya adalah dalam dunia media cetak, seperti brosur/flyer/leaflet/katalog, majalah/buku, dsb. Keduanya pun di samping berhadapan dengan isu lingkungan, juga mendapatkan tantangan dari teknologi/media digital/online. Banyak bisnis media cetak/koran/majalah yang berguguran, namun masih banyak pula yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan berbagai inovasi.

Khusus dalam dunia percetakan pun tak mampu menghindar dari tantangan majunya teknologi (digital). Adanya media elektronik diyakini cukup menggerus jumlah pengguna jasa percetakan terutama dalam media kertas. Jika dilihat dari segmen yang tergerus itu, meski tak mutlak, sebagian besar dapat diperkirakan berasal dari pengguna dalam kategori usia “muda”. Sedangkan untuk pembaca dalam golongan tidak muda lagi diyakini lebih berkenan dengan membaca buku-buku cetak/manual/tradisional/kertas.

Sedikit berbeda dengan koran cetak yang dituntut dengan tambahan platformnya yang aktual, peluang buku cetak untuk tetap bertahan/berkembang masih terbuka lebih luas. Hal ini didukung dengan masih adanya segmen pembaca, terutama usia tertentu yang masih lebih menyukai produk dalam bentuk cetak. Terlebih lagi, masih banyak kondisi tertentu yang mendukung pembaca untuk lebih nyaman menggunakan jasa cetak, di banding membaca e-book atau catatan digital di media elektronik. Karena antara media cetak dan media elektronik masing-masing memilik kelebihan dan kelemahan yang tentu saja berpengaruh pada pilihan pembaca (usia, tingkat kelelahan mata, waktu, kenyamanan, suasana membaca, dan lain-lainnya).

Dan ketika di hadapkan pada problem lingkungan dalam hal ini terkait isu deforestasi, maka untuk penggunaan kertas pada umumnya dan buku cetak pada khususnya tetaplah dapat diakomodasi langkah-langkah agar perannya dalam kerusakan lingkungan itu dapat diminimalkan.

Sangat berharap agar industri kertas jeli menanggapi problem ini. Penebangan yang terpola dengan memperhatikan regenerasi pohon sangat-sangat perlu dikedepankan. Tentu saja inovasi/riset untuk selalu mencari bahan baku kertas yang lebih berlimpah dan tak merusak lingkungan harus digalakkan (masih banyak daun kering, enceng gondok, pelepah pisang, dan sebagainya).

Sungguh patut dipuji pilihan untuk memproduksi kertas daur ulang. Pengguna jasa percetakan pun pasti peduli dengan apa yang menjadi bahan baku cetakan yang ia pakai. Tak harus baru/bagus jenis kertas apapun pada buku yang dipegangnya, karena yang penting adalah isi/maksud di dalamnya. Alangkah indahnya ketika membaca buku yang berbahan kertas daur ulang, kreatif dalam desainnya, serta bermanfaat isinya.

Media cetak, media elektronik dan lingkungan/hutan tidak selayaknya “bermusuhan”, mereka dapat “didamaikan”.

Pada masa lampau, sebelum ditemukan atau diciptakannya kertas, manusia terdahulu menggunakan berbagai media untuk menulis dan mengumpulkan catatannya. Dari lempeng batu, kulit kayu, kulit binatang, ataupun juga gulungan (daun) rontal. Hingga akhirnya cara itu diperlancar dengan adanya kertas. Proses menulis, mencetak dan membaca menjadi lebih dipermudah.

Namun tentu saja kemudahan itu tidak terbebas dari efek sampingannya. Jika dahulu tak terlalu dirasa sumbang perannya, namun sejak beberapa tahun belakangan ini penggunaan media kertas termasuk buku semakin kuat gejalanya untuk dihadapkan pada problem kerusakan lingkungan/hutan. Hal ini mengingat bahan baku utama yang jamak digunakan untuk pembuatan kertas adalah kayu. Meskipun tidak pantas dicap sebagai sumber kerusakan utama, namun penggunaan kertas tetaplah dianggap menyumbang peran dalam penebangan pohon-pohon di hutan (deforestasi). Tak dipungkiri, di samping faktor demografi, industrialisasi yang tanpa kendali memanglah menjadi momok utama kerusakan lingkungan/hutan, dan industri kertas menjadi salah satu bagian di dalamnya.

Disamping gerakan aktifis lingkungan yang boleh dipercayai untuk mengerem laju kerusakan hutan, dalam perkembangannya pemberdayaan sikap/budaya untuk mengimbangi problem di atas juga dilakukan. Didukung dengan teknologi yang semakin berkembang pesat, menyodorkan pula berbagai penemuan sebagai pilihan. Terutama dalam teknologi informasi, budaya memaksimalkan paperless layak didukung sebagai penyeimbang. Meskipun tentu saja tidak segala bidang dan kegiatan bisa diupayakan dengan paperless, semua sangat tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang dijalani. Ada yang cukup dengan media elektronik (email, dan sebagainya) namun tentu saja ada yang “diharuskan” menggunakan kertas itu, terutama yang berkaitan dengan keabsahan. Inti paperless di sini sebenarnya adalah “penghematan”.

Sebagai rangkaian efek selanjutnya adalah dalam dunia media cetak, seperti brosur/flyer/leaflet/katalog, majalah/buku, dsb. Keduanya pun di samping berhadapan dengan isu lingkungan, juga mendapatkan tantangan dari teknologi/media digital/online. Banyak bisnis media cetak/koran/majalah yang berguguran, namun masih banyak pula yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan berbagai inovasi.

Khusus dalam dunia percetakan pun tak mampu menghindar dari tantangan majunya teknologi (digital). Adanya media elektronik diyakini cukup menggerus jumlah pengguna jasa percetakan terutama dalam media kertas. Jika dilihat dari segmen yang tergerus itu, meski tak mutlak, sebagian besar dapat diperkirakan berasal dari pengguna dalam kategori usia “muda”. Sedangkan untuk pembaca dalam golongan tidak muda lagi diyakini lebih berkenan dengan membaca buku-buku cetak/manual/tradisional/kertas.

Sedikit berbeda dengan koran cetak yang dituntut dengan tambahan platformnya yang aktual, peluang buku cetak untuk tetap bertahan/berkembang masih terbuka lebih luas. Hal ini didukung dengan masih adanya segmen pembaca, terutama usia tertentu yang masih lebih menyukai produk dalam bentuk cetak. Terlebih lagi, masih banyak kondisi tertentu yang mendukung pembaca untuk lebih nyaman menggunakan jasa cetak, di banding membaca e-book atau catatan digital di media elektronik. Karena antara media cetak dan media elektronik masing-masing memilik kelebihan dan kelemahan yang tentu saja berpengaruh pada pilihan pembaca (usia, tingkat kelelahan mata, waktu, kenyamanan, suasana membaca, dan lain-lainnya).

Dan ketika di hadapkan pada problem lingkungan dalam hal ini terkait isu deforestasi, maka untuk penggunaan kertas pada umumnya dan buku cetak pada khususnya tetaplah dapat diakomodasi langkah-langkah agar perannya dalam kerusakan lingkungan itu dapat diminimalkan.

Sangat berharap agar industri kertas jeli menanggapi problem ini. Penebangan yang terpola dengan memperhatikan regenerasi pohon sangat-sangat perlu dikedepankan. Tentu saja inovasi/riset untuk selalu mencari bahan baku kertas yang lebih berlimpah dan tak merusak lingkungan harus digalakkan (masih banyak daun kering, enceng gondok, pelepah pisang, dan sebagainya).

Sungguh patut dipuji pilihan untuk memproduksi kertas daur ulang. Pengguna jasa percetakan pun pasti peduli dengan apa yang menjadi bahan baku cetakan yang ia pakai. Tak harus baru/bagus jenis kertas apapun pada buku yang dipegangnya, karena yang penting adalah isi/maksud di dalamnya. Alangkah indahnya ketika membaca buku yang berbahan kertas daur ulang, kreatif dalam desainnya, serta bermanfaat isinya.

Media cetak, media elektronik dan lingkungan/hutan tidak selayaknya “bermusuhan”, mereka dapat “didamaikan”.

CMYK

| Be the first to comment!
Cyan Magenta Yellow Key, atau sering disingkat sebagai CMYK adalah proses pencampuran pigmen yang lazim digunakan percetakan.

Tinta process cyan, process magenta, process yellow, process black dicampurkan dengan komposisi tertentu dan akurat sehingga menghasilkan warna tepat seperti yang diinginkan. Bahkan bila suatu saat diperlukan, warna ini dengan mudah bisa dibentuk kembali.
Sistem CMYK juga digunakan oleh banyak printer kelas bawah karena keekonomisannya.

CMYK (adalah kependekan dari cyan, magenta, yellow-kuning, dan warna utamanya (black-hitam), dan seringkali dijadikan referensi sebagai suatu proses pewarnaan dengan mempergunakan empat warna) adalah bagian dari model pewarnaan yang sering dipergunakan dalam pencetakan berwarna. Namun ia juga dipergunakan untuk menjelaskan proses pewarnaan itu sendiri. Meskipun berbeda-beda dari setiap tempat pencetakan, operator surat khabar, pabrik surat khabar dan pihak-pihak yang terkait, tinta untuk proses ini biasanya, diatur berdasarkan urutan dari singkatan tersebut.

Model ini, baik sebagian ataupun keseluruhan, biasanya ditimpakan dalam gambar dengan warna latar putih (warna ini dipilih, dikarenakan dia dapat menyerap panjang struktur cahaya tertentu). Model seperti ini sering dikenal dengan nama "subtractive", karena warna-warnanya mengurangi warna terang dari warna putih.

Dalam model yang lain "additive color", seperti halnya RGB (Red-Merah, Green-Hijau, Blue-Biru), warna putih menjadi warna tambahan dari kombinasi warna-warna utama, sedangkan warna hitam dapat terjadi tanpa adanya suatu cahaya. Dalam model CMYK, berlaku sebaliknya: warna putih menjadi warna natural dari kertas atau warna latar, sedangkan warna hitam adalah warna kombinasi dari warna-warna utama. Untuk menghemat biaya untuk membeli tinta, dan untuk menghasilkan warna hitam yang lebih gelap, dibuatlah satu warna hitam khusus yang menggantikan warna kombinasi dari cyan, magenta dan kuning.

Cyan Magenta Yellow Key, atau sering disingkat sebagai CMYK adalah proses pencampuran pigmen yang lazim digunakan percetakan.

Tinta process cyan, process magenta, process yellow, process black dicampurkan dengan komposisi tertentu dan akurat sehingga menghasilkan warna tepat seperti yang diinginkan. Bahkan bila suatu saat diperlukan, warna ini dengan mudah bisa dibentuk kembali.
Sistem CMYK juga digunakan oleh banyak printer kelas bawah karena keekonomisannya.

CMYK (adalah kependekan dari cyan, magenta, yellow-kuning, dan warna utamanya (black-hitam), dan seringkali dijadikan referensi sebagai suatu proses pewarnaan dengan mempergunakan empat warna) adalah bagian dari model pewarnaan yang sering dipergunakan dalam pencetakan berwarna. Namun ia juga dipergunakan untuk menjelaskan proses pewarnaan itu sendiri. Meskipun berbeda-beda dari setiap tempat pencetakan, operator surat khabar, pabrik surat khabar dan pihak-pihak yang terkait, tinta untuk proses ini biasanya, diatur berdasarkan urutan dari singkatan tersebut.

Model ini, baik sebagian ataupun keseluruhan, biasanya ditimpakan dalam gambar dengan warna latar putih (warna ini dipilih, dikarenakan dia dapat menyerap panjang struktur cahaya tertentu). Model seperti ini sering dikenal dengan nama "subtractive", karena warna-warnanya mengurangi warna terang dari warna putih.

Dalam model yang lain "additive color", seperti halnya RGB (Red-Merah, Green-Hijau, Blue-Biru), warna putih menjadi warna tambahan dari kombinasi warna-warna utama, sedangkan warna hitam dapat terjadi tanpa adanya suatu cahaya. Dalam model CMYK, berlaku sebaliknya: warna putih menjadi warna natural dari kertas atau warna latar, sedangkan warna hitam adalah warna kombinasi dari warna-warna utama. Untuk menghemat biaya untuk membeli tinta, dan untuk menghasilkan warna hitam yang lebih gelap, dibuatlah satu warna hitam khusus yang menggantikan warna kombinasi dari cyan, magenta dan kuning.

Sisi Lain Definisi Percetakan

| Be the first to comment!
Iklan atau periklanan adalah bentuk komunikasi untuk pemasaran dan digunakan untuk mendorong, membujuk, atau memanipulasi penonton (pemirsa, pembaca atau pendengar, kadang-kadang kelompok tertentu) untuk melanjutkan atau mengambil beberapa tindakan baru. Umumnya, hasil yang diinginkan adalah untuk mengarahkan perilaku konsumen sehubungan dengan suatu penawaran komersial, meskipun iklan politik dan ideologi juga umum. Jenis pekerjaan ini termasuk dalam kategori yang disebut tenaga kerja afektif.

Dalam bahasa Latin, ad vertere berarti "untuk mengubah arah." Tujuan dari iklan juga mungkin untuk meyakinkan karyawan atau pemegang saham bahwa perusahaan layak atau sukses. Pesan iklan biasanya dibayar oleh sponsor dan dilihat melalui berbagai media tradisional, termasuk media massa seperti koran, majalah, iklan televisi, iklan radio, iklan luar ruang atau surat langsung, atau media baru seperti blog, website atau pesan teks.

Pengiklan Komersial seringkali mencari untuk menghasilkan peningkatan konsumsi produk atau jasa mereka melalui "branding" yang melibatkan menghubungkan nama produk atau gambar dengan kualitas tertentu dalam benak konsumen. Pengiklan non-komersial yang menghabiskan uang untuk mengiklankan barang-barang lainnya dari produk konsumen atau jasa termasuk partai politik, kelompok kepentingan, organisasi keagamaan dan lembaga pemerintah. Nirlaba organisasi dapat mengandalkan mode bebas dari persuasi, seperti pengumuman layanan publik (PSA).

Periklanan modern diciptakan dengan teknik inovatif diperkenalkan dengan iklan rokok pada tahun 1920, yang paling signifikan dengan kampanye Edward Bernays, yang sering dianggap sebagai pendiri modern, Madison Avenue Advertising.

Pada tahun 2010 , belanja iklan diperkirakan $142.500.000.000 di Amerika Serikat dan $467.000.000.000 di seluruh dunia. Secara internasional, yang terbesar (empat besar) konglomerat periklanan Interpublic, Omnicom, Publicis, dan WPP.

Iklan atau periklanan adalah bentuk komunikasi untuk pemasaran dan digunakan untuk mendorong, membujuk, atau memanipulasi penonton (pemirsa, pembaca atau pendengar, kadang-kadang kelompok tertentu) untuk melanjutkan atau mengambil beberapa tindakan baru. Umumnya, hasil yang diinginkan adalah untuk mengarahkan perilaku konsumen sehubungan dengan suatu penawaran komersial, meskipun iklan politik dan ideologi juga umum. Jenis pekerjaan ini termasuk dalam kategori yang disebut tenaga kerja afektif.

Dalam bahasa Latin, ad vertere berarti "untuk mengubah arah." Tujuan dari iklan juga mungkin untuk meyakinkan karyawan atau pemegang saham bahwa perusahaan layak atau sukses. Pesan iklan biasanya dibayar oleh sponsor dan dilihat melalui berbagai media tradisional, termasuk media massa seperti koran, majalah, iklan televisi, iklan radio, iklan luar ruang atau surat langsung, atau media baru seperti blog, website atau pesan teks.

Pengiklan Komersial seringkali mencari untuk menghasilkan peningkatan konsumsi produk atau jasa mereka melalui "branding" yang melibatkan menghubungkan nama produk atau gambar dengan kualitas tertentu dalam benak konsumen. Pengiklan non-komersial yang menghabiskan uang untuk mengiklankan barang-barang lainnya dari produk konsumen atau jasa termasuk partai politik, kelompok kepentingan, organisasi keagamaan dan lembaga pemerintah. Nirlaba organisasi dapat mengandalkan mode bebas dari persuasi, seperti pengumuman layanan publik (PSA).

Periklanan modern diciptakan dengan teknik inovatif diperkenalkan dengan iklan rokok pada tahun 1920, yang paling signifikan dengan kampanye Edward Bernays, yang sering dianggap sebagai pendiri modern, Madison Avenue Advertising.

Pada tahun 2010 , belanja iklan diperkirakan $142.500.000.000 di Amerika Serikat dan $467.000.000.000 di seluruh dunia. Secara internasional, yang terbesar (empat besar) konglomerat periklanan Interpublic, Omnicom, Publicis, dan WPP.

PVC

Be the first to comment!
PVC adalah singkatan dari kata polyvinyl chloride. Bahan jenis ini bertekstur kasar dan tebal.

Bagian belakang seratnya halus. Umumnya dipakai untuk mencetak X-Banner, Y-Banner, I-Banner, Roll Up Banner, Mini X-Banner dan Poster maupun Foto.

Bahan jenis ini seratnya kasar dan tebal cocok untuk posisi iklan di dalam ruangan (indoor).

Gramasi yang umum dipakai standar PVC Untuk Lebar gulungan bahan untuk proses cetak diantara lebar 90cm, 125cm, 150cm.

PVC adalah singkatan dari kata polyvinyl chloride. Bahan jenis ini bertekstur kasar dan tebal.

Bagian belakang seratnya halus. Umumnya dipakai untuk mencetak X-Banner, Y-Banner, I-Banner, Roll Up Banner, Mini X-Banner dan Poster maupun Foto.

Bahan jenis ini seratnya kasar dan tebal cocok untuk posisi iklan di dalam ruangan (indoor).

Gramasi yang umum dipakai standar PVC Untuk Lebar gulungan bahan untuk proses cetak diantara lebar 90cm, 125cm, 150cm.

Mesh

Be the first to comment!
Bahan jenis ini kasar, tebal dan permukaanya bolong-bolong.

Umumnya dipakai untuk mencetak Backdrop. Bahan jenis ini seratnya kasar, tebal cocok untuk posisi iklan di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor).

 Gramasi yang umum dipakai standar. Untuk Lebar gulungan bahan untuk proses cetak diantara lebar 220cm, 250cm, 320cm.

Bahan jenis ini kasar, tebal dan permukaanya bolong-bolong.

Umumnya dipakai untuk mencetak Backdrop. Bahan jenis ini seratnya kasar, tebal cocok untuk posisi iklan di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor).

 Gramasi yang umum dipakai standar. Untuk Lebar gulungan bahan untuk proses cetak diantara lebar 220cm, 250cm, 320cm.

Sticker Oneway

Be the first to comment!
Bahan jenis ini halus, tebal dan permukaanya bolong-bolong.

Umumnya dipakai untuk mencetak pengunaan sticker yang terpasang di kaca dan sejenisnya yang berbentuk transparan.

Bahan jenis ini seratnya halus, tebal cocok untuk posisi iklan di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor).

Gramasi yang umum dipakai standar. Untuk Lebar gulungan bahan untuk proses cetak di antara lebar 90cm, 105cm, 125cm dan 150cm.

Bahan jenis ini halus, tebal dan permukaanya bolong-bolong.

Umumnya dipakai untuk mencetak pengunaan sticker yang terpasang di kaca dan sejenisnya yang berbentuk transparan.

Bahan jenis ini seratnya halus, tebal cocok untuk posisi iklan di dalam ruangan (indoor) dan di luar ruangan (outdoor).

Gramasi yang umum dipakai standar. Untuk Lebar gulungan bahan untuk proses cetak di antara lebar 90cm, 105cm, 125cm dan 150cm.

Copyright © 2013 Naga Mandiri | Global Printing Solution. Bloggerized by Naga Mandiri Printing converted by BloggerTheme9
back to top